Balaikota Dikepung Buruh, Basuki Kabur Lewat Tangga Darurat

  • Penulis :
  • Kurnia Sari Aziza
  • Selasa, 29 Oktober 2013 | 15:52 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh ribuan buruh di halaman Balaikota Jakarta sejak pagi hingga sore ini membuat Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terpaksa memarkirkan mobil dinasnya di halaman Gedung DPRD DKI Jakarta.
Bahkan, untuk bisa keluar dari kantornya menuju acara rapat koordinasi pembahasan banjir di kawasan Sentul, Jawa Barat, mantan Bupati Belitung Timur itu harus dikawal dengan beberapa lapis petugas pengamanan dalam dan kepolisian untuk ke tempat parkir mobilnya.
Ia pun memutar melalui gedung Blok G Balaikota dan turun melalui tangga darurat. Unjuk rasa yang dilakukan ribuan buruh itu menuntut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengabulkan tuntutan mereka, yakni besaran upah minimum provinsi (UMP) Rp 3,7 juta per bulannya.
Bahkan, mereka rela menginap di Balaikota agar dapat menarik simpati Jokowi-Basuki. "Ya, enggak apa-apalah kalau mau menginap. Cuma kalau soal tuntutan Rp 3,7 juta itu enggak bisa, kita sudah jawab ke mereka," kata Basuki, Selasa (29/10/2013) di Balaikota.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo juga mengaku tidak masalah jika para buruh menginap di Balaikota. Jokowi malah menanggapinya dengan guyonan. "Nginep enggak apa-apa, asal jangan minta makan, jangan minta kasur, silakan nginep," ujar Jokowi.
Dewan Pengupahan DKI Jakarta telah menetapkan besaran kebutuhan hidup layak (KHL) melalui sidang pada 25 Oktober 2013 sebesar Rp 2.299.860. Dengan penetapan KHL, angka itu akan dibawa ke tahap selanjutnya, yakni menetapkan besaran UMP tahun 2014.

Analisis kasus:

Demo buruh menuntun kenaikan upah minimun sudah biasa terdengar di keseharian kita. Kita Tahu Bahwa Pemimpin Jakarta sekarang, Gubernur Joko Widodo dan wakilnya Basuki Tjahja Purnama adalah pemimpin tegas yang jujur dan peduli rakyat. Namun itu jangan dimafaatkan oleh sekelompok orang yang merasa butuh simpati untuk mendapat apa yang mereka inginkan. Padahal masih banyak orang tanpa upah minimun, tanpa bantuan dari pemerintah, masih bisa menjalankan usaha dan mendapat gaji yang lebih tinggi, karena kemauan, tekun, dan kerajinan mereka terhadap bidang yang digeluti.
Yang  namanya Buruh, merupakan pekerjaan dalam struktur paling rendah dalam sebuah usaha atau pekerjaan dalam sebuah perusahaan atau dunia kerja (khususnya di kota besar). Buruh merupakan kumpulan orang yang bekerja dengan menggunakan fisiknya untuk mencari uang. Sedikit sekali yang berpendidikan S1 atau S2.

Dalam dunia kerja, para pemilik dan manager usaha memerlukan tenaga kerja yang berkualitas. Di Indonesia, buruh-buruh itu tidak dapat dimasukan dalam kategori tenaga kerja berkualitas, masalahnya, selain banyak sekali jumlah buruh, kemampuan atau keahlian mereka disebuah bidang yang penting dalam sebuah usaha hampir tidak ada.

Mereka hanya masuk jam kerja, mengerjakan pekerjaannya yang tentu tidak perlu memeras otak.Contohnya pada industri tekstil, mereka hanya datang untuk mengambil kain jadi, memindahkan, dan mencatatnya. Berbeda dengan manager, akuntan, doktor , guru, rektor, dan lain sebagainya yang harus mencari uang dalam keadaan apapun tanpa meminta bantuan pemerintah (ambil contoh organisasi atau usaha swasta).

Jadi tanggapan Bapak Basuki dan Bapak Joko tidaklah salah, ketika mereka menolak permintaan kenaikan upah minimum profinsi tersebut. Rakyat Indonesia, terutama dalam dunia kerja, termasuk malas dan cepat sekali untuk mencari jalan keluar yang paling mudah dalam mendapatkan upah, meminta, menuntut, tanpa memikirkan apa sebaiknya  yang harus dilakukan agar bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri untuk kawan-kawan buruhnya, agar selain perekonomian kita maju, cara berpikir kita pun jadi kreatif dan inovatif.

Sayangnya, para buruh tersebut tidak berpikir sejauh itu. Karena latar belakang pendidikannya yang tidak setara dengan perkembangan  jaman dan teknologi informasi dalam globalisasi. Sekali Buruh, tetap Buruh, tidak pernah terpikirkan bagaimana cara saya membuka usaha yang dapat menguntungkan saya dan kawan-kawan saya yang sesama buruh.

Sehingga jika mereka sudah berpikir kesana, mereka bisa membuat usaha sendiri tanpa memerlukan bantuan dari pemerintah. Jika saja para Buruh tersebut adalah orang-orang yang berpendidikan S1 atau S2, maka sangat mungkin permintaan kenaikan gaji tersebut terpenuhi karena pemerintah dan pemilik usaha mengakui keahlian anda dalam dunia kerja  perlu mendapatkan upah yang setimpal dengan keahlian anda.

Untuk itu, tidak ada salahnya kita belajar lebih mandiri pada usaha atau organisasi swasta.
Contoh: Akan sangat membantu sekali apabila sekolah-sekolah negri bisa mandiri seperti sekolah swasta, tidak akan ada alasan keterbelakangan pendidikan karena kurang dana dan sebagainya.

Jika saja hal ini bisa diterapkan dalam kegiatan kerja pada para buruh yang berdemo itu, maka mereka akan menjadi seorang pekerja beerkualitas yang mandiri.

Semoga postingan ini dapat membantu anda semua untuk membuka mata pada lingkungan disekitar kita.

Salam, Politisi Misterius


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Negeri Ini Butuh Pemimpin Muda Berjiwa Pejuang

Memperingati Hari Sumpah Pemuda